Mengenal Sate Manuk Emprit: Kuliner Khas Kediri yang Unik dan Bersejarah
![](https://statik.unesa.ac.id/profileunesa_konten_statik/uploads/s1psains/thumbnail/70838d7c-101f-4270-94e7-9d661a271110.png)
Surabaya - Jika sobat traveller sedang berada di Jawa Timur, jangan lupa untuk singgah di Kediri, sebuah kota kecil yang terletak di Jawa Timur, tidak hanya dikenal karena sejarahnya dan budayanya yang memikat, tetapi juga karena ragam kuliner tradisionalnya yang menggugah selera. Salah satu makanan khas yang menarik perhatian adalah sate manuk emprit, hidangan unik yang memiliki cita rasa autentik serta cerita di baliknya.
Apa Itu Sate Manuk Emprit?
Sate manuk emprit adalah makanan tradisional yang dibuat dari daging burung emprit atau burung pipit. Burung ini dikenal sebagai burung kecil yang biasa ditemukan di sawah-sawah atau pedesaan. Dagingnya yang empuk dan kaya protein menjadikannya bahan utama dalam pembuatan sate ini. Dalam bahasa Jawa, "manuk emprit" berarti burung pipit, sehingga nama hidangan ini mencerminkan bahan dasarnya.
Proses Pembuatan Sate Manuk Emprit
Proses pembuatan sate manuk emprit cukup sederhana, namun membutuhkan ketelatenan. Burung emprit yang telah dibersihkan dipotong kecil-kecil, kemudian dibumbui dengan campuran rempah-rempah khas seperti ketumbar, bawang putih, kemiri, gula merah, dan garam. Setelah itu, potongan daging ditusuk menggunakan tusukan bambu kecil dan dibakar di atas arang hingga matang. Keistimewaan sate ini terletak pada bumbunya yang meresap sempurna ke dalam daging. Aroma bakarannya yang khas serta rasa gurih manis yang menyelimuti tiap potongan daging membuat sate ini menjadi sajian yang sulit dilupakan. Pengolahan dari burung emprit berbeda jauh dengan ayam. Jika salah mengolah, daging akan menjadi amis. Agar daging tidak amis, Mbah Darmo memarinasi nya dengan asam jawa. Diketahui, daging burung pipit ini memiliki keistimewaan untuk menyembuhkan lemah jantung dan menambah stamina. Burung emprit atau burung pipit adalah pemangsa padi di sawah. Burung ini tergolong salah satu hama padi.
Sejarah dan Nilai Tradisional
Sate manuk emprit telah ada sejak zaman dahulu dan menjadi bagian dari tradisi kuliner masyarakat Kediri. Pada masa lalu, burung emprit dianggap sebagai hama di sawah, sehingga masyarakat berinisiatif untuk mengolahnya menjadi makanan. Dari sinilah lahir sate manuk emprit yang kini menjadi ikon kuliner daerah. Makanan ini juga mencerminkan kearifan lokal masyarakat Kediri dalam memanfaatkan sumber daya alam di sekitar mereka. Selain itu, sate ini sering kali dijadikan suguhan dalam acara tradisional seperti selamatan atau perayaan adat.
Menikmati Sate Manuk Emprit
Saat ini, sate manuk emprit dapat ditemukan di berbagai sudut Kediri, terutama di warung makan tradisional. Hidangan ini biasanya disajikan dengan lontong atau nasi, serta sambal kacang yang pedas manis. Kombinasi ini menciptakan harmoni rasa yang begitu lezat. Bagi wisatawan yang berkunjung ke Kediri, mencicipi sate manuk emprit adalah pengalaman kuliner yang tak boleh dilewatkan. Selain menikmati kelezatannya, pengunjung juga dapat merasakan nuansa tradisional yang kental. Bagi wisatawan yang sedang berkunjung ke Kota Kediri, dapat mencoba salah satu kuliner legendaris ini di Kedai Sate Emprit Mbah Darmo. Pemilik depot sate ini sudah menjalankan usahanya sejak Tahun 2006, awal dari ide usahanya adalah karena burung ini sangat meresahkan bagi petani. Mbah Darmo berinisiatif untuk membuat burung emprit lebih bermanfaat yaitu menjadikan kuliner. Cara menangkapnya dengan membuat jebakan-jebakan di sawah menggunakan jaring yang ditaruh di atas tanaman padi. Burung emprit selain dijadikan sate, dapat menjadi ini juga bisa dijadikan krengesengan emprit, steak emprit atau emprit goreng.
Sate manuk emprit bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga cerminan budaya dan sejarah masyarakat Kediri. Keunikan bahan dan cita rasanya yang autentik menjadikannya salah satu kuliner khas yang patut dilestarikan. Jadi, jika Anda sedang berada di Kediri, jangan lupa mencicipi sate manuk emprit dan nikmati sensasi rasa yang khas dari sajian tradisional ini.
---
Kontributor: Dyah Astriani