Relevansi Pendidikan Tinggi untuk Indonesia Emas: Mulai Tantangan Anggaran dan Kesejateraan Dosen hingga Pengembangan Industri berbasis Sains dan Teknologi
![](https://statik.unesa.ac.id/profileunesa_konten_statik/uploads/s1psains/thumbnail/4588d242-9f9f-49eb-b64c-9c0796933129.png)
Surabaya - Pada 2 Januari 2025, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Prof. Satryo Soemantri Brodjonegoro, menjadi tamu dalam program "Kontroversi" di Metro TV. Dalam wawancara tersebut, beliau membahas berbagai isu strategis terkait pendidikan tinggi di Indonesia, termasuk pemisahan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menjadi tiga kementerian terpisah, serta upaya meningkatkan relevansi pendidikan tinggi dengan kebutuhan industri dan masyarakat.
Pemisahan Kementerian: Langkah Menuju Efisiensi
Prof. Satryo menjelaskan bahwa pemisahan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menjadi tiga entitas terpisah memberikan keleluasaan lebih dalam bergerak dan merespons kebutuhan spesifik di masing-masing sektor. Meskipun anggaran yang dialokasikan relatif sama dengan sebelumnya, pembagian ini memungkinkan fokus yang lebih tajam dalam pengembangan pendidikan tinggi, sains, dan teknologi. Beliau menekankan bahwa Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi memiliki anggaran terbesar di antara ketiga kementerian tersebut, yaitu sekitar 57 triliun rupiah, karena langsung mendanai perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
Tantangan Anggaran dan Kesejahteraan Dosen
Salah satu isu yang diangkat adalah kebutuhan tambahan anggaran untuk memenuhi janji-janji sebelumnya, seperti pembayaran tunjangan kinerja (Tukin) dosen yang tertunda sejak Maret 2024. Prof. Satryo menyebutkan bahwa untuk memenuhi kebutuhan tersebut hingga Desember, diperlukan tambahan sekitar 2 triliun rupiah. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan dosen sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia.
Meningkatkan Relevansi Pendidikan Tinggi dengan Kebutuhan Masyarakat dan Industri
Prof. Satryo mengidentifikasi tiga masalah dasar dalam pendidikan tinggi Indonesia: ketimpangan akses, kualitas pendidikan, dan kurangnya relevansi dengan kebutuhan industri. Beliau menekankan bahwa perguruan tinggi harus berdampak langsung pada masyarakat, tidak hanya industri. Untuk itu, perguruan tinggi didorong untuk "belanja masalah" di masyarakat, memahami kebutuhan nyata yang ada, sehingga lulusan yang dihasilkan memiliki kompetensi yang relevan dan dapat langsung berkontribusi.
Kolaborasi dengan Industri: Membangun Ekosistem yang Sinergis
Dalam upaya meningkatkan relevansi pendidikan dengan industri, Prof. Satryo menekankan pentingnya kolaborasi antara perguruan tinggi dan sektor industri. Beliau mengakui adanya dilema di mana industri cenderung merekrut tenaga kerja dengan keterampilan yang lebih rendah untuk menekan biaya, sementara lulusan perguruan tinggi mencari pekerjaan yang sesuai dengan kompetensi tinggi mereka. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah berencana mendorong investasi industri, termasuk mengundang perusahaan asing untuk berinvestasi dan membangun pabrik di Indonesia. Langkah ini diharapkan dapat membuka lapangan pekerjaan bagi lulusan perguruan tinggi dan meningkatkan daya saing industri nasional.
Fokus pada Industri Berbasis Digital dan AI
Sebagai langkah cepat dalam menyesuaikan pendidikan tinggi dengan kebutuhan industri, Prof. Satryo menyebutkan bahwa industri berbasis digital dan kecerdasan buatan (AI) menjadi prioritas. Kementerian telah menjalin kemitraan dengan pihak internasional untuk pengembangan AI dan teknologi digital, termasuk penyediaan perangkat yang dibutuhkan. Hal ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan industri startup dan menciptakan ekosistem yang mendukung inovasi di bidang teknologi.
Investasi Jangka Panjang dalam Industri Manufaktur
Selain fokus pada industri digital, Prof. Satryo juga menekankan pentingnya investasi jangka panjang dalam industri manufaktur dengan nilai tambah tinggi. Pemerintah berencana membangun industri manufaktur yang berbasis pada riset dan teknologi tinggi, sehingga dapat menyerap tenaga kerja terampil dari lulusan perguruan tinggi dan meningkatkan perekonomian nasional.
Wawancara Prof. Satryo Soemantri Brodjonegoro di Metro TV memberikan gambaran komprehensif mengenai arah kebijakan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi dalam meningkatkan kualitas dan relevansi pendidikan tinggi di Indonesia. Dengan fokus pada kolaborasi dengan industri, peningkatan kesejahteraan dosen, dan investasi dalam sektor teknologi dan manufaktur, diharapkan lulusan perguruan tinggi Indonesia dapat lebih siap menghadapi tantangan global dan berkontribusi signifikan bagi masyarakat dan perekonomian nasional.