Polemik Worldcoin, Pemindaian Iris Mata, dan Risiko Privasi Biometrik Global

Surabaya - Worldcoin, proyek ambisius yang dipelopori oleh Sam Altman, CEO OpenAI, bertujuan untuk menciptakan sistem identitas digital universal melalui pemindaian iris mata. Dengan menggunakan perangkat berbentuk bola perak yang disebut "Orb", Worldcoin mengumpulkan data biometrik dari individu di seluruh dunia, menawarkan token kripto sebagai imbalan. Proyek ini mengklaim telah memverifikasi lebih dari enam juta orang di hampir 40 negara, dengan tujuan utama membedakan manusia dari entitas AI di era digital yang semakin kompleks.
Proses Verifikasi: Dari Pemindaian Iris ke Identitas Digital
Proses pembuatan WorldID dimulai dengan pemindaian iris menggunakan perangkat Orb. Perangkat ini akan menangkap pola unik pada iris mata pengguna dan mengubahnya menjadi kode digital yang disebut "iris code". Kode ini kemudian digunakan untuk membuat identitas digital yang bersifat anonim dan tidak dapat dipalsukan. Worldcoin mengklaim bahwa data biometrik ini dienkripsi dan tidak disimpan secara permanen, kecuali pengguna memberikan izin eksplisit untuk tujuan pelatihan algoritma.
Kekhawatiran Privasi dan Tindakan Regulasi Global
Meskipun ambisinya besar, Worldcoin menghadapi kritik tajam terkait privasi dan keamanan data. Beberapa negara telah mengambil tindakan tegas:
Spanyol: Otoritas Perlindungan Data Spanyol memerintahkan Worldcoin untuk menghapus semua data pemindaian iris yang dikumpulkan, menyatakan bahwa praktik perusahaan melanggar hukum privasi Uni Eropa.
Kenya: Pengadilan Tinggi Kenya memerintahkan Worldcoin untuk menghapus data biometrik yang dikumpulkan dari lebih dari 300.000 warga, menyebutkan pelanggaran terhadap Undang-Undang Perlindungan Data negara tersebut.
Jerman: Regulator data Bavaria mengharuskan Worldcoin untuk menyediakan mekanisme penghapusan data yang sesuai dengan GDPR bagi pengguna di Eropa.
Tindakan ini mencerminkan kekhawatiran global terhadap cara Worldcoin mengelola dan melindungi data biometrik pengguna.
Kritik Terhadap Model Bisnis dan Etika Pengumpulan Data
Model bisnis Worldcoin, yang menawarkan insentif finansial untuk data biometrik, telah dikritik sebagai bentuk eksploitasi, terutama di negara-negara berkembang. Di Chile, misalnya, banyak wanita yang menghadapi kesulitan ekonomi menyerahkan data iris mereka untuk mendapatkan kripto, seringkali tanpa pemahaman penuh tentang implikasi privasi.
Selain itu, laporan menunjukkan bahwa data iris dari anak-anak juga telah dikumpulkan tanpa persetujuan yang memadai, menimbulkan kekhawatiran serius tentang pelanggaran hak anak dan etika pengumpulan data.
Respons Worldcoin dan Upaya Perbaikan
Menanggapi kritik, Worldcoin mengklaim bahwa data biometrik dienkripsi dan tidak disimpan secara permanen kecuali pengguna memberikan izin eksplisit. Perusahaan juga menyatakan bahwa mereka tidak menjual data pengguna dan berkomitmen untuk bekerja sama dengan regulator untuk memastikan kepatuhan terhadap hukum privasi.
Namun, skeptisisme tetap ada, dengan banyak pihak mempertanyakan transparansi dan efektivitas langkah-langkah perlindungan data yang diambil oleh perusahaan.
Implikasi untuk Indonesia
Di Indonesia, penggunaan teknologi biometrik seperti yang diterapkan oleh Worldcoin menimbulkan pertanyaan tentang perlindungan data pribadi dan kesadaran digital masyarakat. Perlu komitmen bersama lintas-sektor untuk membekali masyarakat dengan pemahaman mendalam tentang etika teknologi, privasi data, dan regulasi yang relevan.
Meningkatkan literasi digital dan kesadaran akan hak privasi menjadi kunci untuk memastikan bahwa masyarakat dapat membuat keputusan yang tepat dalam berinteraksi dengan teknologi baru.
Menyeimbangkan Inovasi dan Privasi
Worldcoin menghadirkan inovasi dalam verifikasi identitas digital, namun juga menyoroti tantangan besar dalam hal privasi dan etika. Penting bagi masyarakat global untuk menyeimbangkan manfaat teknologi dengan perlindungan hak individu, memastikan bahwa kemajuan tidak mengorbankan privasi dan kebebasan pribadi.